Monday, November 12, 2007

Big Dicky: Sebuah Obituari dan Refleksi Diri

Big Dicky, pelawak dan mc yang terkenal berkat badannya yang super subur, tutup usia sudah, pada usia yang masih terbilang muda, 29 tahun. Big Dicky meninggal karena gagal jantung yang diakibatkan karena obesitas yang dialaminya. Saya sendiri, terkejut, sangat terkejut. Saya termasuk pengagumnya di acara Lenong yang disiarkan di sebuah stasiun TV swasta. Sejujurnya, saya mengagumi Big Dicky lebih dari sekedar seorang artis, alasan lain yang menjadikan saya suka melihat akting dan acaranya Big Dicky di TV adalah karena saya juga punya badan yang tak kalah besarnya. Berat badan saya di atas 100 kg. Saya kagum, karena Big Dicky mampu berkiprah, dalam “keterbatasan” fisiknya. Setidaknya, saya yang juga ribet kalau harus beradu fisik dengan beragam kegiatan, merasa terwakili, sebagai orang gemuk, bahwa orang gemuk juga masih bisa meraktifitas dan produktif seperti “orang normal” lainnya. Saya kagum itu. Namun, mendengar berita menyedihkan tentang kepergian Big Dicky, saya menjadi labil sekarang. Saya jadi sangat “stres” dengan kondisi yang saya alami saat ini. Ya, harus diakui, saya juga obesitas, dan juga punya kemungkinan mengalami apa yang Big Dicky alami (Semoga TIDAK terjadi pada saya, semoga, semoga, semoga...amien). Saya jadi berpikir dan berangan-angan jauh ke depan. Saya yang sekarang berumur 21 tahun, akan seberat apa pada umur 29 tahun, umur di mana Big Dicky tutup usia. Seberat dan sebesar apa dengan keseharian saya yang seperti ini saya lakukan terus. Makan tidak teratur, jarang sekali berolahraga, dan jarang memikirkan porsi dan proporsi makan saya. Sejujurnya saya jadi sangat khawatir tentang kondisi yang saya alami. Dalam hati, saya tak henti-henti yang berdoa, agar Allah Sang Pencipta, memberi saya umur panjang, umur yang bermanfaat, umur yang berguna dan termaksimalkan. Saya, dalam hati, dengan kesadaran diri, dan semoga sekali dapat saya laksanakan secepatnya, berniat menurunkan berat badan saya. Setidaknya berkurang kadar obesitasnya, dan bahkan semoga dapat “normal”. Saya tahu, dengan kondisi yang saya alami saat ini, hal tersebut adalah hal yang sangat sangat berat. Namun saya sudah bulatkan tekad, saya harus berubah, harus mampu “menyehatkan” badan saya, agar masa depan dapat saya raih dengan perjuangan maksimal tanpa “keterbatasan” fisik. Saya niatkan itu.

Selamat Jalan Big Dicky, semoga Allah menerima amalan-amalanmu. Pengalaman adalah guru yang paling baik.

2 comments:

Herru Suwandi said...

saya juga termasuk orang yang banyak kelebihan mas, kelebihan berat badan maksudnya, jadi harus lebih jaga badan ni

Farid Yuniar said...

HAlo mas heru....saya kudu kerja keras nih nurunin berat badan saya..hehe