Menuju Era SCL di UGM dengan Optimalisasi Penggunaan eLisa[1]
Farid Yuniar[2]
[1] dikutsertakan dalam Annual Essay Competition 2007 UGM Yogyakarta.
[2] Mahasiswa tahun terakhir, Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Teknik.
Pendahuluan
ELisa, E-Learning system for academic community, sudah diterapkan di Universitas Gadjah Mada (UGM) sejak tahun 2004, tetapi pada kenyataannya banyak mahasiswa yang bahkan belum mengetahui keberadaan eLisa[1]. Di portal (website) eLisa pada forum Fakultas Teknik, misalnya, hanya terdapat 103 komunitas untuk 103 mata kuliah[2] yang jika dibandingkan dengan jumlah seluruh mata kuliah yang ada di Fakultas Teknik merupakan jumlah yang sangat sedikit. Lebih menarik lagi, dari 103 komunitas tersebut ternyata tidak satupun terdapat forum yang dibuat untuk mata kuliah yang diajarkan di Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika. Ini berarti tidak satupun dosen Teknik Geodesi dan Geomatika menggunakan eLisa, yang juga berarti, dari ratusan mahasiswa Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika, ternyata tidak ada yang menggunakan eLisa.
Fakta di atas tentu saja merupakan fenomena yang perlu mendapat perhatian serius. Bagaimana tidak, eLisa yang pada awal pendiriannya diharapkan dapat menjadi wadah bagi civitas akademika UGM baik dosen maupun mahasiswa dalam menerapkan program Student Centered Learning (SCL) ternyata belum dimaksimalkan penggunaannya. Sementara itu, di sisi lain, SCL sudah merupakan komitmen formal UGM sebagai institusi dan meyakininya sebagai sebuah metode yang efektif dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, UGM secara resmi telah menganggap SCL sebagai keharusan dalam rangka memajukan dan meningkatkan kualitas civitas akademika yang ada di kampus ini secara terpadu.
[1] berdasarkan wawancara acak kepada mahasiswa Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika UGM, enam dari sepuluh orang mengaku belum mengetahui keberadaan eLisa.
[2] http://elisa.ugm.ac.id. (akses tanggal 1 September 2007)