21 tahun sudah, saya mengembara di dunia ini. Pengembaraan yang sudah menjadikan diri saya yang sekarang. Farid yang gendut, pake kacamata, kuliah di geodesi, ini, itu, dan yang lainnya. Saya, manusia berumur 21 tahun, yang semoga masih dapat terus melihat warna-warni dunia dan mengembara ke seantero jagad untuk menyaksikan indahnya karunia-karunia Tuhan yang tersebar menghampar di bumi ini. Semoga pencapaian akan terus berlanjut, semoga doa-doa orang terkasih menjadi embun sejuk yang menyegarkan di kala harus berurusan dengan peluh dan keringat untuk mengejar mimpi dan cita-cita. Semoga.
Monday, June 25, 2007
Sunday, June 24, 2007
Selamat Ulang Tahun
Wednesday, June 20, 2007
Carut Marut
Bayangkan apa yang terjadi dengan negara kita sekitar 10 tahun ke depan?. Baik pemerintahannya, kondisi alamnya, anak mudanya, pendidikannya. Saya sempat membayangkan, betapa akan carut marut nya negara kita jikalau masih saja ada korupsi yang bikin pejabat ngiler karna harta, masih ada saja budaya barat yang menghauncurkan adat ketimuran kita, dan hal ini itu lainnya terjadi saat ini dan terlihat tidak tertangani dengan baik . Belum bahkan.
Tuesday, June 19, 2007
Jalan-jalan
Wah, kemarin minggu saya dengan temen-temen geodesi ( Atiek, Anggo, Lis, Ayu, Agung bandung, Agung brebes, Sigit, Ulul, Vito, Ihsan, Nanang) jalan-jalan ke Borobudur dan Ketep. Menyenangkan sekali. Cerita tertulisnya saya akan tulis besok-besok. Sekarang sila lihat foto-fotonya dulu yah:
Sunday, June 10, 2007
TARGET (re-send)
Salah seorang dosen saya pernah melontarkan beberapa buah pertanyaan dalam sesi tanya jawab sebuah diskusi. Dan ternyata hampir seluruh peserta (yang kebanyakan mahasiswa) terperangah dibuatnya. Ya setidaknya tidak menyangka akan diberi pertanyaan seperti itu, dan harus menjawab pula dalam hitungan detik. Apa pertanyaannya?. Saya sebutkan beberapa contoh,
Tahun 2009 anda sudah lulus belum?;
Tahun 2017 berapa gaji anda?;
Anda sudah punya anak berapa tahun 2015 mendatang?;
Negara mana saja yang sudah anda jelajahi saat usia anda 33 tahun?;
Atau anda pilih BPN atau Adaro untuk tempat meraup rupiah?.
Wah, saya sendiri kaget diberi pertanyaan seperti itu. Ya, kadang kita memang tidak mau ambil pusing untuk memasang target hidup kita. Atau dengan kata lain, kita merasa kita cukuplah punya planning untuk satu tahun mendatang, tidak usah jauh-jauh. Tidak usah yang terlalu berat dulu. Yang ringan saja, dan tak usah mendalam apalagi terlampau detil. Saya juga melakoni yang seperti itu saat ini. Bahkan tak usah panjang-panjang sampai satu tahun, cukuplah satu semester, atau bahkan satu bulan. Setelah sedikit mau berangan-angan, sepertinya materi dari dosen saya sangat menarik untuk kita renungkan. Sepertinya kita memang dalam beberapa hal harus membuat planning lebih mendetail dan mendalam. Contohnya, saya akan lulus tahun berapa. Dalam pandangan saya, itu seharusnya memang harus dipikirkan secara masak. Ya bukan semata karena kita memang tercatu untuk lulus 4 sampai 5 tahun. Tapi mungkin bisa dipikirkan, atau lebih tepatnya mungkin dipertimbangkan misal tentang masalah keuangan orang tua yang kita bebani. Atau mungkin tentang masalah tingkat kestresan yang bisa saja muncul ketika kita harus kuliah lebih dari 5 tahun, dan masih banyak hal lainnya. Dan mungkin juga hal-hal kecil akan juga layak dipertimbangkan.
Sekarang pertanyaannya adalah, sudahkan kita punya target hidup seperti pengantar saya di atas?. Semoga deskripsi singkat ini membuka pikiran kita, bahwa kita kadang terlalu asyik memanjakan diri kita dalam kesenangan yang kita puja, sampai-sampai hakikat kita hidup untuk apa, tak pernah terlintas di benak. Mengherankan bukan?. Kita yang katanya punya semua yang serba paling di banding makhluk ciptaan Tuhan yang lain, masih kadang tidak memanfaatkan itu dalam atau dengan jalannya yang benar.
Target hidup ternyata sebuah keharusan. Jadi mau jadi apa anda. Mau kerja dimana anda. Berapa gaji pertama anda. Anda mau nikah tahun berapa. Itu sekelumit hal-hal yang sepertinya sudah mulai harus dipikirkan lebih mendalam sejak saat ini. Bukan karena ketakutan akan kemiskinan, tidak melulu ketakutan akan tidak punya kerja, tapi lebih pada karena kita memang punya akal, jiwa, otak untuk bisa memikirkan itu, untuk kemajuan kita masing-masing, untuk masa depan kita masing-masing. Dan yang terpenting mungkin, pada rasa tanggung jawab kita, pada Tuhan yang telah mau menempatkan kita di bumi. Untuk orang tua yang membiayai kita selama ini, dan terakhir tapi paling esensial, untuk kita sendiri, karena kita adalah pemimpin untuk diri kita masing-masing. Pemimpin yang bertanggung jawab penuh atas keberhasilan menjalankan titah Tuhan dan mengejawantahkannya dalam kehidupan kita selama “mampir minum” di bumi ini. Jadi, sudahkan anda mempunyai terget masa depan?. Setidaknya menjawab pertanyaan ini, anda akan jadi apa 10 tahun mendatang? [Hanya anda yang berhak dan bertanggung jawab atas jawaban pertanyaan ini.]
Posting ini adalah re-send.
Cuma berbeda dengan dikasih warna ini itu.
ini link yang dulu http://faridyuniar.blogspot.com/2006/05/target.html.
Tahun 2009 anda sudah lulus belum?;
Tahun 2017 berapa gaji anda?;
Anda sudah punya anak berapa tahun 2015 mendatang?;
Negara mana saja yang sudah anda jelajahi saat usia anda 33 tahun?;
Atau anda pilih BPN atau Adaro untuk tempat meraup rupiah?.
Wah, saya sendiri kaget diberi pertanyaan seperti itu. Ya, kadang kita memang tidak mau ambil pusing untuk memasang target hidup kita. Atau dengan kata lain, kita merasa kita cukuplah punya planning untuk satu tahun mendatang, tidak usah jauh-jauh. Tidak usah yang terlalu berat dulu. Yang ringan saja, dan tak usah mendalam apalagi terlampau detil. Saya juga melakoni yang seperti itu saat ini. Bahkan tak usah panjang-panjang sampai satu tahun, cukuplah satu semester, atau bahkan satu bulan. Setelah sedikit mau berangan-angan, sepertinya materi dari dosen saya sangat menarik untuk kita renungkan. Sepertinya kita memang dalam beberapa hal harus membuat planning lebih mendetail dan mendalam. Contohnya, saya akan lulus tahun berapa. Dalam pandangan saya, itu seharusnya memang harus dipikirkan secara masak. Ya bukan semata karena kita memang tercatu untuk lulus 4 sampai 5 tahun. Tapi mungkin bisa dipikirkan, atau lebih tepatnya mungkin dipertimbangkan misal tentang masalah keuangan orang tua yang kita bebani. Atau mungkin tentang masalah tingkat kestresan yang bisa saja muncul ketika kita harus kuliah lebih dari 5 tahun, dan masih banyak hal lainnya. Dan mungkin juga hal-hal kecil akan juga layak dipertimbangkan.
Sekarang pertanyaannya adalah, sudahkan kita punya target hidup seperti pengantar saya di atas?. Semoga deskripsi singkat ini membuka pikiran kita, bahwa kita kadang terlalu asyik memanjakan diri kita dalam kesenangan yang kita puja, sampai-sampai hakikat kita hidup untuk apa, tak pernah terlintas di benak. Mengherankan bukan?. Kita yang katanya punya semua yang serba paling di banding makhluk ciptaan Tuhan yang lain, masih kadang tidak memanfaatkan itu dalam atau dengan jalannya yang benar.
Target hidup ternyata sebuah keharusan. Jadi mau jadi apa anda. Mau kerja dimana anda. Berapa gaji pertama anda. Anda mau nikah tahun berapa. Itu sekelumit hal-hal yang sepertinya sudah mulai harus dipikirkan lebih mendalam sejak saat ini. Bukan karena ketakutan akan kemiskinan, tidak melulu ketakutan akan tidak punya kerja, tapi lebih pada karena kita memang punya akal, jiwa, otak untuk bisa memikirkan itu, untuk kemajuan kita masing-masing, untuk masa depan kita masing-masing. Dan yang terpenting mungkin, pada rasa tanggung jawab kita, pada Tuhan yang telah mau menempatkan kita di bumi. Untuk orang tua yang membiayai kita selama ini, dan terakhir tapi paling esensial, untuk kita sendiri, karena kita adalah pemimpin untuk diri kita masing-masing. Pemimpin yang bertanggung jawab penuh atas keberhasilan menjalankan titah Tuhan dan mengejawantahkannya dalam kehidupan kita selama “mampir minum” di bumi ini. Jadi, sudahkan anda mempunyai terget masa depan?. Setidaknya menjawab pertanyaan ini, anda akan jadi apa 10 tahun mendatang? [Hanya anda yang berhak dan bertanggung jawab atas jawaban pertanyaan ini.]
Posting ini adalah re-send.
Cuma berbeda dengan dikasih warna ini itu.
ini link yang dulu http://faridyuniar.blogspot.com/2006/05/target.html.
Saturday, June 09, 2007
TERNYATA....
Orang, jadi lebih tua, adalah jadi bertambah dan berubah dalam banyak hal. Bertambah dapat berupa, tambah tinggi, tambah gendut, tambah cakep dan yang lainnya. Berubah dapat dicontohkan dengan berubah jadi lebih judes, berubah jadi lebih nakal, berubah jadi lebih alim dan yang lainnya juga.
Yang saya mau omongin kali ini adalah tentang PERUBAHAN. Begini ceritanya, saya punya temen dari sejak SMP, dan bareng ampe SMA. Sekarang dia kuliah di Jogja, satu kota dengan saya, tetapi tidak satu universitas. Tadi, baru saja ketemu, tidak sengaja, tidak bertegur sapa, tidak saling memperhatikan, karena kondisi yang tidak memungkinkan. Yang saya sangat SURPRISE adalah, dia jadi perokok. Ya, perokok, entah berapa batang roko dihabiskan tadi. Padahal selama saya kenal dia selama bareng sekolah di SMP dan SMA, dia adalah orang yang sangat sangat polos. Polos dalam artian tidak "kenal" cewek, tidak "nge-genk", tidak ugal-ugalan dan yang seperti itulah. Bahkan sampai SMA. Saya benar-benar kaget tadi. Dia yang saya kenal dulu sebagai teman dengan karakter A sekarang mungkin jadi A+, atau mungkin sudah berubah huruf. Hem, saya jadi merasa diingatkan kembali, bahwa kita terbentuk jadi manusia yang seperti ini, seperti itu, tidak sekedar karena didikan ibu, perintah dan marahnya bapak, pelajaran dari guru dan dosen, TETAPI juga dari dengan siapa kita bergaul, dari dengan seperti apa kita melewati kehidupan kita pas saat kita tidak bersama keluarga, tidak bersama guru dan dosen, tetapi bersama si A, si B, si C dan banyak orang lain yang berbeda karakter dan latar belakang dengan kita. Saya pikir, itu ternyata jadi parameter (asik bahasanya) yang penting juga dalam "merubah" kita. O......ternyata.
Friday, June 08, 2007
JAGA ANAK KITA !!
Bagi anda, saudara-saudara sekalian yang punya anak balita atau masih di bawah 10 tahun, atau punya saudara anak kecil dan hendak bepergian TOLONG, diperhatikan lagi pengawasan saat lagi shopping di mal atau supermarket yang ada eskalator, tangga. Saya sungguh prihatin dengan apa yang dialami adik Livia Midita (berita di sini) beberapa hari yang lalu. Semoga ini jadi peringatan nyata bahwa anak-anak yang belum cukup besar benar HARUS dalam pengawasan orang tua saat ada di keramaian. Jangan sia-sia kan masa depan anak-anak kita (atau bahkan nyawa) hanya karena kelalaian orang tua.
Sunday, June 03, 2007
ADA ULAR DI KAMAR KOS KU.
Mengerikan.
Hari kamis malam, setelah baru ajah aku nyampe dari Purbalingga setelah mudik dua hari, ternyata kutemukan di dalam kamarku ada ULAR. Ya ular (bukan ulat). Kok bisa ya ularnya masuk kamarku? (Ya bisalah..kamar jorok gitu). Jam 12 malem setelah aku nonton TV dan bersiap bobok, dan lampu kamar dah tak matiin (dan ngidupin lampu tidur) ternyata di dekat pintu kamar ada yang ngesot-ngesot. Aku ngambil kacamata dan memastikan bahwa yang ngesot-ngesot itu emang makhluk hidup. Dan......aku langsung teriak-teriak ULAR.......ULAR.....ULAR. Terbangunlah seluruh penghuni kos. Semua langusng pada sibuk nyari sapu, kayu, dll yang bisa buat gebuk ular. Setelah semua dapat senjata (kecuali aku), pintu kamr pun di buka, ularnya malah ngumpet di bawah CPU. Damn it. CPU digeser2 dengan cara aku naik ke jendela (pokoknya jangan ampe nginjek lantai), Dan sang ular nongol juga kepalanya. Langsung tabok (eh, pukulan terkeras dink) dan ular ngacir ke luar kamar. Gantian temen2 kos ku yang pada histeris. Takut masuk kamar mereka. Akhirnya setelah perburuan lima menit, ular dapat dibunuh. Dan untuk memastikan tuh ular udah tamat, maka terjadilah aksi pembakaran ular di kos...
Sial.....
Hari kamis malam, setelah baru ajah aku nyampe dari Purbalingga setelah mudik dua hari, ternyata kutemukan di dalam kamarku ada ULAR. Ya ular (bukan ulat). Kok bisa ya ularnya masuk kamarku? (Ya bisalah..kamar jorok gitu). Jam 12 malem setelah aku nonton TV dan bersiap bobok, dan lampu kamar dah tak matiin (dan ngidupin lampu tidur) ternyata di dekat pintu kamar ada yang ngesot-ngesot. Aku ngambil kacamata dan memastikan bahwa yang ngesot-ngesot itu emang makhluk hidup. Dan......aku langsung teriak-teriak ULAR.......ULAR.....ULAR. Terbangunlah seluruh penghuni kos. Semua langusng pada sibuk nyari sapu, kayu, dll yang bisa buat gebuk ular. Setelah semua dapat senjata (kecuali aku), pintu kamr pun di buka, ularnya malah ngumpet di bawah CPU. Damn it. CPU digeser2 dengan cara aku naik ke jendela (pokoknya jangan ampe nginjek lantai), Dan sang ular nongol juga kepalanya. Langsung tabok (eh, pukulan terkeras dink) dan ular ngacir ke luar kamar. Gantian temen2 kos ku yang pada histeris. Takut masuk kamar mereka. Akhirnya setelah perburuan lima menit, ular dapat dibunuh. Dan untuk memastikan tuh ular udah tamat, maka terjadilah aksi pembakaran ular di kos...
Sial.....
Subscribe to:
Posts (Atom)