Para pemerhati itu kini berdatangan. Tiket sudah dibeli, saatnya menyimak cerita kali ini. Sandiwara pun dimulai. Lakon telah ditentukan, saatnya diperankan. Kasihan benar yang jadi pesakitan. Harus compang-camping pakaiannya, harus dilumuri obat merah mukanya, harus dibalut perban pula lutut kirinya. Saat dia beraksi, sungguh luar biasa. Penjiwaan yang kuat, aktor watak yang mumpuni. Penonton dibuat takjub, dan gemuruh tepuk tangan menggema di akhir aksinya.
Dan sekarang lakon sang penolong diperankan. Muda, tegap, dan siap membantu. Diperankan berlari kesana-kemari, dari panggung kiri ke kanan, dari kanan ke kiri lagi, sampai mungkin 10 kali bolak-balik, dan hebatnya dia tak sekedar kencang larinya, tapi juga mampu membawa beras di pundak kanan, mencangking mie instan di tangan kiri, di setiap langkah kakinya. Penonton bersorak ramai. Betapa penolong diperankan bagus, dan penuh penjiwaan.
Dan sekarang lakon sang penolong diperankan. Muda, tegap, dan siap membantu. Diperankan berlari kesana-kemari, dari panggung kiri ke kanan, dari kanan ke kiri lagi, sampai mungkin 10 kali bolak-balik, dan hebatnya dia tak sekedar kencang larinya, tapi juga mampu membawa beras di pundak kanan, mencangking mie instan di tangan kiri, di setiap langkah kakinya. Penonton bersorak ramai. Betapa penolong diperankan bagus, dan penuh penjiwaan.
Dan kini akhirnya, sang pesakitan terbantu, sang penolong berhasil sukses membantu, penonton pun terpuaskan. Sandiwara selesai sudah.