Pernah suatu kali terpikir hidup saya terlalu santai dijalani. Melakukan apa saja sepertinya enak saja dilakukan dengan waktu tempuh yang tak terbatas. Celakanya, saya sudah (terlalu) sering terjebak sendiri oleh tingkah salah ini. Dan lebih celaka lagi, saya tak kunjung bangkit dan berubah, walau sebenarnya jika mau di sadari, hati ini seluruhnya sudah sadar kalau selama ini ada yang salah. Namun, setan dan iblis sialan ini tetap saja merasuk di hati dan tak mau pergi. Kekecewaan kemudian sering timbul, apa yang menyebabkan saya jadi sedemikian rapuhnya. Sedemikian bodohnya untuk menelantarkan waktu. Sedemikian dangkalnya pikiran sehingga banyak usaha dan daya yang sia-sia. Kekecawaan kemudian muncul lagi, ketika usaha yang dirasa sudah hebat ternyata hanya berbuah malapetaka dan kekecewaan hati. Daya yang diberikan secara seluruh dan menyeluruh hanya menghasilkan sampah dan malu. Apa yang terjadi sehingga yang di hati sudah benar, tapi di otak, mulut, tangan, mata, hidung, kaki jadi salah dan suram. Jika setidaknya otak ini mau berpikir dan kembali melihat seonggok asa dan cita-cita yang sudah terlanjur usang dan tergeletak kumuh di pojok otak dekat tempat sampah, mungkin muncul lagi dan tumbuh lagi semangat ini. Tapi lagi, semangat saja tak bisa berbuat apa-apa tanpa tindakan nyata dan terarah. Sudahlah, saatnya bertindak dan tak lagi berkata, mata ini sudah terlalu malu melihat diri ditertawakan keangkuhan. Telinga ini sudah terlampau pekak mendengar tawa ejekan kegelapan. Mulut ini sudah tak mampu berucap menunjuk kebanggaan menjadi saya
Monday, March 27, 2006
KARENA KAU TULANG RUSUK KU
Jangan menangis perempuanku....
Jarak ini tidak memisahkan kita sepenuhnya, jarak hanya memisahkan desah...
Nafas ini, nafas kita, tetap satu....tetap padu....
Jangan bersedih perempuanku....
Ketika yang lain bersama cinta mereka, kamu tetap bersamaku, walau sekedar nafas yang menderu....sedang tubuh beku tak satu....
Jangan melihatku seperti ini perempuanku....
karena dadaku sakit ketika kamu nenitikkan air mata kangen itu di pipi, sedang aku bodohnya tak bersama kamu.....
Jangan pergi perempuanku.....
Tulang rusukku kutemukan ada padamu....
Jarak ini tidak memisahkan kita sepenuhnya, jarak hanya memisahkan desah...
Nafas ini, nafas kita, tetap satu....tetap padu....
Jangan bersedih perempuanku....
Ketika yang lain bersama cinta mereka, kamu tetap bersamaku, walau sekedar nafas yang menderu....sedang tubuh beku tak satu....
Jangan melihatku seperti ini perempuanku....
karena dadaku sakit ketika kamu nenitikkan air mata kangen itu di pipi, sedang aku bodohnya tak bersama kamu.....
Jangan pergi perempuanku.....
Tulang rusukku kutemukan ada padamu....
Saturday, March 18, 2006
SELAMANYA
Seandainya mampu
Kupeluk kau erat
Saat terpuruk
Seandainya bisa
Kuhapus air mata yang terlanjur menetes di pipi
Saat menangis
Lalu kukecup keningmu dan berkata:
"Jangan menangis lagi, aku di sampingmu”
Seandainya mungkin
Kita berbagi semua
Apa saja
Kapan saja
Selamanya
Friday, March 17, 2006
MERDEKA

MERAJAI HARI DENGAN ILUSI

TUGAS YANG MENUMPUK

Sebenarnya sejak pertama kuliah, saya sudah menyadari ada yang salah dengan diri saya. Ada yang belum bisa saya taklukkan. Yaitu kemampuan diri untuk menempatkan segala sesuatunya dalam sebuah aturan yang jelas. Misalkan, saya dapat tugas dan harus dikumpulkan dalam 2 minggu ke depan. Maka sesungguhnya saya sangat mampu untuk bisa setidaknya mencari tahu referensi untuk penyelesaian soal tersebut dalam 1 minggu pertama. Dan minggu ke 2, digunakan untuk finishing. Mudah bukan merencanakan?. Tapi saya yang sebenarnya mampu membuat jadual yang tepat, sangat tidak mampu untuk bisa melaksanakannya. Mungkin saya yang memang tidak becus bertindak sesuai logika. Mungkin saya yang memang lebih pintar bicara dan merancang program jangka panjang, namun masih sangat nihil untuk bisa menjadikan itu semua menjadi kegiatan yang terkontrol oleh rencana saya. Saatnya mengerjakan tugas.
LANGKAH YANG TERTUNDA
Subscribe to:
Posts (Atom)